Hari ini tepat 22 Mei 2014, SMAN 2 PURBALINGGA telah melaksanakan PERPISAHAN SISWA SISWI KELAS XII TAHUN PELAJARAN 2013/2014 dengan tema "See You Goodbye". Hari ini biasa saja, tapi jujur banyak rasa yang berkecimpuk dalam dada. Memulai dengan bangun pagi tuk berjuang mengalahkan ketidakbiasaan kita mengenakan kebaya menjadi sarapan pagi kita hari ini.
Bertempat di Gedung Sarwa Guna (GSG) Purbalingga, aku duduk tepat di tengah-tengah ruangan tersebut. Awalnya aku mengantuk, karena aku berpendapat sampai detik itu masih belum ada yang special. Meski duduk si tengah aku bingung akan berbicara dengan siapa, padahal seharusnya aku senang karena saat aku menengok sebelah kananku terlihat banyak pria berjas dan berdasi dilanjut pandanganku menuju banyaknya siswa yang memakai seragam identitas merah kebanggaan SMAN2PBG. Lanjut aku menoleh ke sebelah kiri, terlihat banyak wanita cantik mengenakan kebaya dengan anggunnya, akupun menoleh ke belakang terlihat sama saja, hanya yang berbeda pandanganku ke depan, hal tersebut karena ada panggung dengan pernak pernik kapal laut.
Bertempat di Gedung Sarwa Guna (GSG) Purbalingga, aku duduk tepat di tengah-tengah ruangan tersebut. Awalnya aku mengantuk, karena aku berpendapat sampai detik itu masih belum ada yang special. Meski duduk si tengah aku bingung akan berbicara dengan siapa, padahal seharusnya aku senang karena saat aku menengok sebelah kananku terlihat banyak pria berjas dan berdasi dilanjut pandanganku menuju banyaknya siswa yang memakai seragam identitas merah kebanggaan SMAN2PBG. Lanjut aku menoleh ke sebelah kiri, terlihat banyak wanita cantik mengenakan kebaya dengan anggunnya, akupun menoleh ke belakang terlihat sama saja, hanya yang berbeda pandanganku ke depan, hal tersebut karena ada panggung dengan pernak pernik kapal laut.
Memang disampingku tak lain adalah Rizky Nirmala Sari, dia teman seperjuanganku di kelas XII IPS 1. Tapi hal tersebut tidak bisa mengobati bahwa ditengah-tengan tempat dimana menjadi point of interest aku masih merasa kosong, padahal aku berfikir bahwa ini awal perpisahan sebelum perpisahan sesungguhnya pastinya. Aku diam dalam keramaian, aku sendiri adalam kehirukpikuan, aku tenggelam dalam kebisingan. Dimana sahabatku?
Tiap kebosanan, aku selalu menengok ke sudut 45 derajat dari tempat dudukku tentunya, terlihatlah mereka Renara Theazita Araminta dan Yovinda Prabanayu Ramadhani. Kemudian akupun melileh tepat 180 derajat, terlihatlah dia, yah sosok satu tahun lalu yang telah membuatnya masuk kekehidupanku. Namun aku masih tetap diam, sendiri, bosan dan mengantuk, semoga itu hanya aku karena aku harap selain diriku, mereka menkmati apa yang tidak aku nikmati.
Dari semua itu aku sadar, bahwa terkadang kita harus belajar. Tentunya belajar memahami sendiri, mengenali diam, mengerti sepi, dan menggeluti kebosanan. Karena saat kita masih bisa melihat mereka saja kita merasa menderita, apalagi jika kita telah benar-benar berpisah dengannya. Mengharapkan sebuah waktu tuk bertemu, sebuah kesempatan tuk saling berpapasan, dan sebuah dekap tuk saling menatap. Aku takut, saat aku belum belajar, aku telah harus mengerjakannya. Ketakutanku karena ini sebuah dunia nyata, tak ada kata remidi tuk memperbaiki, aku takut aku akan terus sendiri, diam, dan bosan.
Tapi mulai malam ini aku belajar, mengingat akan sebuah sosok kalian bertiga. Terimakasih telah menjadi nafas dalam kelas (@Eky Nur Rofiqoh), telah mendoakan selagi yang lain tidak, telah menggandeng selagi yang lain pergi, telah bertanya selagi yang lain acuh, telah ada selagi yang lain meninggalkan, telah memahami selagi yang lain tak bisa sedikitpun mengerti, telah mendekap selagi yang lain menyakiti, telah merangkul selagi yang lain hanya bisa diam, dan tentunya masih banyak lagi yang TELAH engkau berikan untukku.
Terimakasih telah menjadi warna dalam lentera (@Renara Theazita Araminta), telah mengajari saat yang lain hanya menghakimi, telah memberi saat yang lain hanya meminta, telah panik saat yang lain hanya berusik, telah mendengar saat yang lain hany bubar, telah menjiwai saat yang lain hanya menghormati, telah berduka saat orag lain memberi luka, telah mendewasakan saat orang lain menjadi sok dewasa, dan tentunya masih banyak lagi yang TELAH engkau berikan untukku.
Terimakasih telah menjadi sahabat tercepat (@Yovinda Prabanayu Ramadhani), telah menjadi sahabat saat yang lain hanya berucap, telah menjadi ada saat yang lain hanya mengada, telah menjadikanku percaya bahwa waktu tak mampu membuktikan bahwa ungkapan sahabat tak secepat waktu kan menjawab karena semua itu terpatahkan oleh pertemuan instan sebuah persahabatan.
Terimakasih TELAH MENJADI SAHABAT, anehnya sebegitu berartinya kalian sebagai sahabat, sampai detik inipun aku tidak bisa menafsirkan apa itu sahabat? Semoga itu tidak menjadi masalah, karena aku berharap tak perlu penafsiran jika sebuah perasaan saja sudah mewakilkan.
"Aku tak tau apa itu sahabat, yang aku tau hanyalah perasaan yang aku miliki untuk mereka. Dan semoga itu sudah mewakilkan tuk menafsirkat apa itu sebuah persahabatan."
Umy Amanah
0 komentar:
Post a Comment