HANYA CAKAR DAN SABAR
Pagi ini bukan karena lapar diriku membahas soal makanan atau Cakar Ayam dan sebagainya. Hanya sontak teringat kata-kata orang yang sangat menginspirasi. Bangkit Wismo, nama yang sederhana menurutku, namun siapa sangka memiliki makna luar biasa bagi dirinya dan orang-orang terkasihnya. Dua tahun lebih ini memang tidak memungkiri bahwa jutaan inspirasi aku dapatkan dari dalam dirinya. Pria yang tinggalnya berpindah-pindah sesuai profesinya ini memang terkesan pelit. So, bukan soal materil, tapi soal pujian yang memang jadi musuh terbesar sebuah kemajuan.
Kuberanikan menulis tentang dirinya pagi ini memang mungkin karena nyawa dan mental sudah cukup untuk mendapat ejekan tanpa sedikitpun pujian darinya. Namun karena itulah, entah kenapa menjadi sumber motivasi terbesar dalam hidupku. Bertanya, apa sebenarnya yang bisa membuat sosok Bangkit Wismo sedikit saja memuji atau mengapresiasi lebih dari biasanya? Sampai sekarangpun hanya entah jawabannya.
Namun sedikit aku akan bercerita tentang hasil dari sifatnya itu. Dua tahun kisarannya dia menjadi Pembina di Ekstrakurikuler Jurnalistik SMAN 2 Purbalingga selama periodeku. Seiring bergantinya periode sampai sekarangpun orang yang biasanya dipanggil Bangkit Wismo ini belum pernah memuji kinerja aku dan teman-teman.
Sampai sekitar setengah tahun lalu karena sikon pula trobosan yang aku dan teman-teman lakukan sedikit membuat orang yang dikaosnya selalu ada tulisan BW ini mengapresiasi. Kembali ke topik utama, kata-kata yang entah keberapa ini menjadi motivasi terbesar adalah ketika dia mengatakan "Tak perlu terlalu jauh, sabar dan berfikir, karena kamu hanya perlu menguatkan CAKAR" diakhir masa jabatanku sebagai Ketua Dewan Redaksi memang kata-kata itu seolah menjadi oleh-oleh dua tahun lebih aku di Jurnalis.
Entah, mungkin karena kebiasaannya merangkai kata dengan diksi bahasa, akupun sontak semangat dan berfikir, sabar dan cukup menguatkan cakarnya. Sampai kini aku ingin ada inovasi-inovasi yang nantinya terjadi. Meski cengkraman cakar tak sekuat makna dari diksi bahasa yang terangkai darinya (Bangit Wismo).
Terimakasih telah memberiku sebuah bekal tuk aku bawa, berharap suatu saat aku kembali menanamkan cakar dan berusaha sabar untuk menguatkan cakar itu tidak mesti harus berfikir terlalu jauh, tapi bagaimana kita membuat fondasi kokoh sebelum ketinggiannya nanti tertiup angin kencang.
Hanya ucapan terimakasih pada Bangkit Wismo, karena dengan ketidakpernahan dia memuji sesuatu itulah, jutaan ide tercipta. Karena sekarang aku baru sadar, bahwa pujian adalah musuh terbesar kepuasan akan sebuah pencapaian.
Umy Amanah