Puisi
Fana’ dan Hulul
Karya : Abu al-Mughits al-Husain bin Manshur bin Muhammad al Baidhawi Al-Hallaj
Duh, penganugerah bagi si pemegang karunia
Terhadap diri-Mu dan diriku begitu aku terpada
Kau buat begitu dekat diriku dengan-Mu, sehingga
Kau adalah aku, begitu kukira
Kini dalam wujud diriku menjadi sirna
Dengan-Mu aku kau buat menjadi fana
Aku yang kucinta
Dan yang kucinta Aku pula
Kami dua jiwa padu jadi Satu
Dan jika kau lihat aku
Tampak pula Dia dalam pandanganmu
Dan jika kau lihat Dia
Kami, dalam pandanganmu tampak nyata
Kau antara kalbu dan denyutku, berlalu
Bagaikan air mata menetes dari kelopakku
Bisik-Mu pun tinggal dalam relung hatiku
Bagai ruh yang hulul dalam tubuh jadi satu
Maha suci Dzat yang menyatakan nasut-nya
Dengan lahut-nya , yang cerlang seiring bersama
Lalu dalam mahluk-Nya pun tampak nyata
Bagai si peminum serta si pemakan tampak sosok-Nya
Hingga semua mahluk-Nya melihat-Nya
Bagai bertemunya dua kelopak mata
Ka’bah Qolbu
Analisis :
Puisi karya Abu al-Mughits al-Husain bin Manshur bin Muhammad al Baidhawi
Al-Hallaj yang berjudul Fana’ dan Hulul ini mengandung konsep tasawuf Al-Fana.
Hal ini karena di dalamnya terdapat makna bahwa seseorang telah menghancurkan
dirinya.
Pada lirik:
Terhadap diri-Mu dan diriku begitu aku terpada
Dapat
diartikan bahwa seseorang telah merasa Tuhan ada dalam dirinya. Anggapan ini
kemudian diteruskan sebelum dirinya mengagumi Tuhan dengan begitu besarnya dan
merasa bahwa yang ia kagumi ada dalam dirinya.
Kau buat begitu dekat diriku dengan-Mu, sehingga
Kau adalah aku, begitu kukira
Kemudian pada
larik ini dapat diartikan bahwa untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan yang
sesungguhnya, seseorang benar-benar menganggap bahwa Tuhan sudah ada dalam
dirinya. Menganggap dirinya sendiri sudah tidak ada, oleh sebab itu dirinya
sudah dianggap fana atau tidak ada melainkan hanya ada Tuhan.
Kini dalam
wujud diriku menjadi sirna
Pada larik
ini, seseorang benar-benar sudah dalam kondisi Al-Fana. Kondisi di mana
seseorang itu menganggap bahwa wujud aslinya sudah sirna. Sirna di sini
bermakna bahwa wujud asli atau fisik seseorang itu sudah hilang atau sudah dihancurkan
oleh dirinya sendiri. Hal ini terjadi tentu karena seseorang itu menganggap
bahwa di dalam dirinya adalah Tuhan. Hingga dia tidak sadar tentang dirinya
sendiri.
Dengan-Mu aku kau buat menjadi fana
Pada larik
ini, ada pengakuan oleh seseorang bahwa diri atau wujud asli seseorang tersebut
sudah menjadi fana atau hancur. Sudah benar-benar tidak sadar bahwa dirinya
benar-benar ada. Hanya merasakan Tuhan yang ada di dalam dirinya.
Aku yang kucinta
Dan yang kucinta Aku pula
Pada larik
ini, dapat dimaknakan bahwa ada pengakuan bahwa Aku di sini adalah Tuhan dan Tuhan adalah Aku. Ini menunjukkan bahwa seseorang tersebut memang sudah
benar-benar ada dalam kondisi Al-Fana.
Dan jika kau lihat aku
Tampak pula Dia dalam pandanganmu
Dan jika kau lihat Dia
Kami, dalam pandanganmu tampak nyata
Pada larik
ini dapat menjelaskan bahwa dia telah melihat Tuhan pada dirinya dan dirinya
adalah Tuhan. Ini membuktikan bahwa seseorang telah merasa benar-benar menyatu
dengan Tuhan dan menganggap dirinya tidak ada.
Hingga semua mahluk-Nya melihat-Nya
Bagai bertemunya dua kelopak mata
Ka’bah Qolbu
Pada larik
ini menunjukkan bahwa seseorang tersebut akhirnya mencapai kondisi Al-Baqa.
Sebuah kondisi di mana merupakan kelanjutan dari kondisi fana seseorang.
Sebelum mencapai Al Baqa, seseorang tentu sudah mencapai kondisi Al-Fana
sebelum-sebelumnya sesuai yang telah diuraikan tadi di atas. Sampai pada
akhirnya seseorang ada dalam Al-Baqa, yaitu sebuah ketetapan untuk terus hidup
seperti pada larik ini. Pada larik Ka’bah
Qolbu mengartikan bahwa sesuatu akan abadi dan tetap hidup.
Simpulan: Setelah dianalisis, puisi Fana’ dan Hulul karya Abu al-Mughits al-Husain bin Manshur bin Muhammad al
Baidhawi Al-Hallaj
merupakan sebuah puisi yang masuk dalam konsep Al-Fana dan Al-Baqa dalam ilmu
Tasawuf. Hal ini sudah dibuktikan oleh penulis dari makna-makna larik yang
mengandung konsep tersebut. Ini seperti konsep yang memang kondisi seorang sufi
terlebih dahulu akan mengalami Al-Fana sebelum akhirnya mencapai kondisi
Al-Baqa. Karena dua kondisi tersebut merupakan kondisi yang saling berkait.