Sunday, June 5, 2016

#sajakSINGKAT

Saya Sekarang

Sekarang, saya lebih suka
memandang tidak hanya dengan mata
tapi menggunakan kaca

Sekarang, saya lebih suka
menghitung tidak dengan angka
tapi menggunakan semiotika

Sekarang, saya lebih suka
membaca tidak dengan buku terbuka
tapi menggunakan realita

Sekarang, saya lebih suka
sejarah tidak dengan darah
tapi menggunakan sastra

Sekarang, saya lebih suka
hukum tidak hanya teoritis
tapi menggunakan realistis

Sekarang, saya lebih suka
yang orang lain tidak suka
tapi itu terserah saya

Surakarta, 6 Juni 2016
*Debu Ambigu

#sajakSINGKAT

Aku Mencintaimu

Sebelumnya, belum pernah aku bilang kalau aku mencintaimu
Sekarang aku ingin mengatakannya
Tahu tidak?
Aku mencintaimu
Sejak waktu itu

Lucu sebenarnya
Sejak mimpi itu aku mencintaimu
Sudah lama memang
Aku juga pernah menulis tentang mimpi itu

Kini aku tegaskan aku mencintaimu
Aku tahu bahwa kau telah mengetahui itu
Kau hanya diam bukan?
Iya diam
Seperti aku

Pada akhirnya kita sama
Berpura-pura tidak tahu
Ah, aku mencintaimu
Sungguh,
Sejak waktu itu

Tepatnya kapan aku mencintaimu?
Kau hanya perlu membaca seluruh tulisanku
Aku menulisnya
Sejak pertama kali
Sampai kini

Sejak aku mengatakan aku bertemu kau
Hingga itu sebenarnya hanya terjadi di dalam mimpi
Dan sampai detik ini
Aku yakin aku mencintaimu

Surakarta, 6 Juni 2016
*Debu Ambigu

Monday, May 2, 2016

#sajakSINGKAT

Cintai Arsip

Jangan terlalu fokus untuk membuka jendela dunia
Bahkan dengan membuat gedung penyaing Nirwana
Jika kita masih bingung saat ditanya
Apa yang akan kita perjuangkan untuk mendapat cahaya?
Sesuatu yang di dalamnya kosong
Tidak ada, apa lagi kesiapan menyanggupinya
Aku takut banyak yang akan bunuh diri
Lompat dari jendela yang kita buka sendiri

Surakarta, 2 Mei 2016
*Debu Ambigu

Saturday, April 30, 2016

#sajakSINGKAT

Kata

Tuhan kemudian berfirman
Pada Rasull yang menyampaikan lewat sabda
Untuk umat agar salah satunya bisa berkata
Meski lewat puisi yang katanya sulit dipahami

Semua tetap tentang kata
Lewat strata, maka ada
Firman
Sabda
Kata

Akhirnya,
Penyair menjadi yang paling akhir

Debu Ambigu
Surakarta, 30 April 2016

The True Power of Water

The True Power of Water The True Power of Water, sebuah buku dari hasil penelitian Dr. Masaru Emoto, mengenai air menurut saya sangat mengagumkan.

Pembahasan "Hado" sebagai energi. Penggunaan "hado" misalnya dalam hubungan antarmanusia adalah kisah seorang laki-laki dan seorang wanita yang bertemu lalu saling jatuh cinta.

Ketika mereka bertemu, "hado" merekapun bertemu sehingga terbentuklah resonansi. Selama "hado" mereka tidak dipengaruhi ...oleh faktor luar (misalnya perselingkuhan), hubungan keduanya akan bertahan lama. Di sisi lain, jika "hado" pada salah satu dari mereka terganggu, ucapan, perilaku, kebiasaan, atau kegiatan mereka lainnya yang semula dapat diterima, tiba-tiba bisa menjadi hal yang tidak dapat ditoleransi oleh pihak lainnya. Hubungan merekapun dapat saja berakhir.

Terimakasih Bu Murtini (Dosen Semiotika FIB UNS), sudah berkenan meminjamkan buku ini pada saya.

Surakarta, 30 April 2016

Sunday, April 10, 2016

SASTRA MISTIK: Analisis puisi berdasarkan konsep Al-Fana dan Al Baqa dalam Tasawuf

Analisis puisi berdasarkan konsep Al-Fana dan Al Baqa dalam Tasawuf

Puisi

Fana’ dan Hulul

Karya : Abu al-Mughits al-Husain bin Manshur bin Muhammad al Baidhawi Al-Hallaj



Duh, penganugerah bagi si pemegang karunia

Terhadap diri-Mu dan diriku begitu aku terpada

Kau buat begitu dekat diriku dengan-Mu, sehingga

Kau adalah aku, begitu kukira

Kini dalam wujud diriku menjadi sirna

Dengan-Mu aku kau buat menjadi fana

Aku yang kucinta

Dan yang kucinta Aku pula

Kami dua jiwa padu jadi Satu

Dan jika kau lihat aku

Tampak pula Dia dalam pandanganmu

Dan jika kau lihat Dia

Kami, dalam pandanganmu tampak nyata

Kau antara kalbu dan denyutku, berlalu

Bagaikan air mata menetes dari kelopakku

Bisik-Mu pun tinggal dalam relung hatiku

Bagai ruh yang hulul dalam tubuh jadi satu

Maha suci Dzat yang menyatakan nasut-nya

Dengan lahut-nya , yang cerlang seiring bersama

Lalu dalam mahluk-Nya pun tampak nyata

Bagai si peminum serta si pemakan tampak sosok-Nya

Hingga semua mahluk-Nya melihat-Nya

Bagai bertemunya dua kelopak mata

Ka’bah Qolbu



Analisis : Puisi karya Abu al-Mughits al-Husain bin Manshur bin Muhammad al Baidhawi Al-Hallaj yang berjudul Fana’ dan Hulul ini mengandung konsep tasawuf Al-Fana. Hal ini karena di dalamnya terdapat makna bahwa seseorang telah menghancurkan dirinya.

Pada lirik:



Terhadap diri-Mu dan diriku begitu aku terpada



Dapat diartikan bahwa seseorang telah merasa Tuhan ada dalam dirinya. Anggapan ini kemudian diteruskan sebelum dirinya mengagumi Tuhan dengan begitu besarnya dan merasa bahwa yang ia kagumi ada dalam dirinya.



Kau buat begitu dekat diriku dengan-Mu, sehingga

Kau adalah aku, begitu kukira



Kemudian pada larik ini dapat diartikan bahwa untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan yang sesungguhnya, seseorang benar-benar menganggap bahwa Tuhan sudah ada dalam dirinya. Menganggap dirinya sendiri sudah tidak ada, oleh sebab itu dirinya sudah dianggap fana atau tidak ada melainkan hanya ada Tuhan.



 Kini dalam wujud diriku menjadi sirna



Pada larik ini, seseorang benar-benar sudah dalam kondisi Al-Fana. Kondisi di mana seseorang itu menganggap bahwa wujud aslinya sudah sirna. Sirna di sini bermakna bahwa wujud asli atau fisik seseorang itu sudah hilang atau sudah dihancurkan oleh dirinya sendiri. Hal ini terjadi tentu karena seseorang itu menganggap bahwa di dalam dirinya adalah Tuhan. Hingga dia tidak sadar tentang dirinya sendiri.



Dengan-Mu aku kau buat menjadi fana



Pada larik ini, ada pengakuan oleh seseorang bahwa diri atau wujud asli seseorang tersebut sudah menjadi fana atau hancur. Sudah benar-benar tidak sadar bahwa dirinya benar-benar ada. Hanya merasakan Tuhan yang ada di dalam dirinya.



Aku yang kucinta

Dan yang kucinta Aku pula



Pada larik ini, dapat dimaknakan bahwa ada pengakuan bahwa Aku di sini adalah Tuhan dan Tuhan adalah Aku. Ini menunjukkan bahwa seseorang tersebut memang sudah benar-benar ada dalam kondisi Al-Fana.



Dan jika kau lihat aku

Tampak pula Dia dalam pandanganmu

Dan jika kau lihat Dia

Kami, dalam pandanganmu tampak nyata



Pada larik ini dapat menjelaskan bahwa dia telah melihat Tuhan pada dirinya dan dirinya adalah Tuhan. Ini membuktikan bahwa seseorang telah merasa benar-benar menyatu dengan Tuhan dan menganggap dirinya tidak ada.



Hingga semua mahluk-Nya melihat-Nya

Bagai bertemunya dua kelopak mata

Ka’bah Qolbu



Pada larik ini menunjukkan bahwa seseorang tersebut akhirnya mencapai kondisi Al-Baqa. Sebuah kondisi di mana merupakan kelanjutan dari kondisi fana seseorang. Sebelum mencapai Al Baqa, seseorang tentu sudah mencapai kondisi Al-Fana sebelum-sebelumnya sesuai yang telah diuraikan tadi di atas. Sampai pada akhirnya seseorang ada dalam Al-Baqa, yaitu sebuah ketetapan untuk terus hidup seperti pada larik ini. Pada larik Ka’bah Qolbu mengartikan bahwa sesuatu akan abadi dan tetap hidup.


Simpulan: Setelah dianalisis, puisi Fana’ dan Hulul karya Abu al-Mughits al-Husain bin Manshur bin Muhammad al Baidhawi Al-Hallaj merupakan sebuah puisi yang masuk dalam konsep Al-Fana dan Al-Baqa dalam ilmu Tasawuf. Hal ini sudah dibuktikan oleh penulis dari makna-makna larik yang mengandung konsep tersebut. Ini seperti konsep yang memang kondisi seorang sufi terlebih dahulu akan mengalami Al-Fana sebelum akhirnya mencapai kondisi Al-Baqa. Karena dua kondisi tersebut merupakan kondisi yang saling berkait.

Friday, April 1, 2016

ANALISIS PUISI MISTISISME : Diwan-diwan Hafiz (2)

ANALISIS PUISI MISTISISME


Diwan-diwan Hafiz (2)

Musuh-musuhku telah menyekapku lama
Dan menghukum aku dengan kejinya
Tapi cintaku tak berpaling meninggalkan pintu
Sebab Tuhan mendengar dan cermat menghitung air mataku
Karena itu jangan berduka, jika derita datang
Dan tengah malam hatimu karam olehnya
Ambil saja al-Qur`an, lagu maha abadi
Dan baca, jangan berduka!

Karya : Syamsuddin Muhammad Hafizh
Analisis:

Puisi Diwan-diwan Hafiz (2) karya Syamsuddin Muhammad Hafizh ini mengandung paham Al Mahabbah. Hal ini dapat dipahami saat Syamsuddin Muhammad Hafizh menuliskan dalam lirik-liriknya. Kecintaan Syamsuddin Muhammad Hafizh pada Tuhannya dapat dilihat pada larik puisi :

Tapi cintaku tak berpaling meninggalkan pintu

Melalui larik puisi ini, dia menjelaskan bahwa apapun yang manusia lain lakukan padanya, rasa cinta yang ada dalam diri dan hatinya kepada Tuhan itu tidak akan berubah. Hal ini membuktikan bahwa Syamsuddin Muhammad Hafizh memiliki cinta yang arif yaitu cinta sejati kepada Tuhan. Inilah yang membuktikan bahwa Syamsuddin Muhammad Hafizh memiliki sifat atau pembahaman Al Mahabbah.
Kemudian pada lirik:

Sebab Tuhan mendengar dan cermat menghitung air mataku
Dapat dianalisis juga bahwa Syamsuddin Muhammad Hafizh menganggap Tuhan adalah sumber segala cinta. Dia menganggap bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkannya dan mengetahui semua tentang perasaannya. Ini pula yang menjadikan Syamsuddin Muhammad Hafizh memiliki paham Al Mahabbah bahwa Tuhan adalah subber segala cinta.
Kemudian pada lirik:


Karena itu jangan berduka, jika derita datang


Pada lirik ini dapat dianalisis bahwa dalam kehidupan pasti ada penderitaan, namun tidak ada alasan untuk merasa menderita jika itu memang sudah klehendak Tuhan. Dalam konsep Al Mahabbah, saat seorang sufi mencintai Tuhannya itu bisa diartikan cinta yang menderita saja adalah kebahagiaan bagi para sufi. Ini yang disampaikan oleh  Syamsuddin Muhammad Hafizh. Meski banyak kedukaan yang datang padanya, namun dia tetap tidak merasa berduka.
Kemudian pada larik:


Sebab Tuhan mendengar dan cermat menghitung air mataku

Pada larik ini mengandung paham Al Ma’rifah. Syamsuddin Muhammad Hafizh seperti mengetahui tuhan dari dekat, sehingga hati-sanubari dapat melihat Tuhan. Ini menjadikan dia bisa membuat lirik seperti Tuhan tengah mendengar dirinya, menghitung air matanya dengan segala perasaan yang dia miliki dan kedekatannya dengan Tuhan.
Simpulan :
Setelah dianalisis, puisi Diwan-diwan Hafiz (2) karya Syamsuddin Muhammad Hafizh memiliki dua paham yaitu paham Al Mahabbah yang merupakan cinta seorang sufi kepada Tuhan, kemudian paham Al Ma’rifah yang merupakan kedekatan seorang sufi kepada Tuhan.

Sunday, February 21, 2016

Terimakasih UNS

website Universitas Sebelas Maret (UNS).

Malam ini saya begitu gembira melihat website Universitas Sebelas Maret (UNS). Saya seperti melupakan kalau besok adalah hari Senin. Iya, pasalnya, setiap hari saya berpikir mengenai kemunduran mental, terutama dalam penggunaan Bahasa Indonesia di Indonesia. Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi, sudah sepantasnya UNS berperan dalam mendidik moral manusia untuk menghargai bahasanya sendiri.

Malam ini, saya melihat UNS mulai menunjukkan kemjuan. Kata sambutan di website uns.ac.id sangat saya apresiasi. Meletakan kata-kata 'Selamat Datang di Universitas Sebelas Maret' dan "Welcome to Sebelas Maret University" di bawahnya adalah salah satu bentuk mental budaya yang kuat  di era gengsi bahasa, menurut saya.

Secara garis besar, dengan hanya meletakkan kata sambutan tersebut tentunya sudah menunjukkan jati diri mental budaya UNS. Sudah semestinya kita bangga menggunakan bahasa Indonesia. Penulisan Bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidahnya memperlihatkan bagaimana suatu bahasa dihargai oleh bangsanya sendiri.

Dalam menulis opini ini, saya juga masih belajar menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Sebagai mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) tentu saya sangat mengapresiasi hal tersebut. Marilah belajar memerkuat mental budaya terutama dalam penggunaan bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. Terimakasih Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, bahasa asing bukan untuk gengsi tetapi untuk menunjukkan eksistensi mental bahasa kita sendiri.

Umi Amanah

Thursday, February 11, 2016

Membaca Buku

novel karya Faisal Odang yang mengangkat judul "puya ke puya"
Baru satu buku yang selesai. Iya, novel karya Faisal Odang yang mengangkat judul "puya ke puya", ternyata hanya butuh dua hari untuk aku menghabiskannya. Semoga saja, saya satu minggu sebelum kuliah tidak akan pernah bosan berada di kos-kosan. Asal jangan kehabisan persediaan buku bacaan saja. Kemarin baru saja menyisihkan uang jajan demi sebuah buku bacaan, semoga tidak ada satu sen pun yang aku sia-siakan. Semoga, karena manusia hanya bisa berharap. Saat dia sedang berusaha tentunya.

Sekarang waktunya menghabisi buku selanjutnya. Iya, sudah sampai halaman 86. Membaca novel yang mengisahkan perempuan yang menyewakan rahimnya sedikit membuatku menggunakan rasa saat mengikuti ceritanya. Judulnya "Perempuan Hallerina", perempuan itu penuh rahasia. Penulis Vanny Chrisma W. ini nampaknya ingin membuat para pembacanya menggunakan rasa, bukan logika. Ah entahlah, itu kesimpulan awal, habisnya aku belum selesai membaca. Hahaha. Masih nenuju halaman 331.

Umi Amanah

"puya ke puya"

"puya ke puya" karya Faisal Odang
Sebuah buku karya mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Hasanuddin ini sangat luar biasa. Pemenang IV Sayembara Menulis Novel DKJ 2014 menciptakan imaji setelah kematian. Iya, itu menurutku. Kegelisahan setiap orang setelah kematian oleh Faisal Odang diuraikan banyak di dalam buku ini.

Puya, adalah sebuah tujuan hidup setiap orang. Tapi, akhirnya saya mengutip dari buku ini "Perjalanan ke puya tidak main-main bukan? Panjang sekali perjalanan ke sana. Tak mudah. Dan kau? Hahaha. Mudah sekali kau katakan ingin segera ke sana?"

Itu adalah bagian kecil yang paling saya sukai pada buku ini. Entah karena apa, tapi seketika saya jadi tersadar. Pesan yang saya dapatkan ketika setiap orang yang hidup selalu menganggap bahwa setelah kematian akan mudah. Padahal, untuk ke surga (puya) menurut orang Toraja sungguh sangat tidak main-main dan panjang. Dan menurutku, tidak ada alasan untuk membantah imaji Faisal Odang.

Umi Amanah

Assalam Hypermarket Solo

Assalam Hypermarket Solo
Dari banyaknya perjalanan ke pusat perbelanjaan, jujur kemarinlah yang paling aku suka. Ditemani oleh @vera.savi , kami berdua memulai dengan makan siang yang di qada bersama sarapan. Kemudian kami berjalan dari belakang kampus menuju depan kampus kami untuk menemukan transportasi.

Menggunakan Bus Batik Solo Tras (BST), kami memulai perjalanan dari Kentingan menuju Sukoharjo. Lebih tepatnya ke Assalam Hypermarket. Iya, jauhnya jarak tetap tidak mengurungkan niat kami untuk pergi. Waktu tempuh keberangkatan yang hampir satu jam juga kami isi dengan amal, InsyaAlloh. Itu terjadi karena tempat duduk kami akhirnya kami relakan untuk ibu-ibu, dari satu jam mungkin hanya 15 menit kami duduk.

Super sekali perjuangannya ya? Itu semua karena satu. Iya, ada acara Pameran Buku yang ditambahi dengan kata "MURAH". Sangat menggiurkan sekali tentu bagi kami yang sedang menamai diri mahasiswa. Perjalanan membeli buku kami niati berjihad (mencari ilmu) karena Alloh ta'ala. Terbelilah tiga buku dengan harga cukup murah, hanya Rp 25.000,00 saja. Padahal, ilmu yang ada di dalamnya lebih dari itu. Kini saya sedang menghabisinya, iya buku-buku itu.

Nah salut saya. Saya baru pernah merasa bahagia sekali melakukan perjalanan ke sebuah pusat perbelanjaan. Kemarin itu, saya shalat dzuhur dan asyar tepat waktu. Meski saya sedang berada di pusat perbelanjaan. Itu karena, Masjid Assalam yang berdiri megah di samping pintu masuk pusat perbelanjaan memudahkan kami untuk mendekati Tuhan kami.

Biasanya, pusat perbelanjaan sebesar apapun, saya selalu kesulitan mencari tempat ibadah. Selain memang jarang ditemukan, kalaupun ada biasanya berada di pojok dekat toilet, lantai paling bawah gedung dekat parkiran, maupun lantai paling atas yang jarang sekali pengunjungnya. Malah, biasanya selain kotor, untuk jamaah beberapa orang saja tempatnya kurang. Kemarin benar-benar sebuah pengalaman yang menurut saya luar biasa. Meski banyak orang yang mengesampingkan ibadah saat menikmati dunia. Ternyata masih ada pihak-pihak yang berinisiatif sedemikian rupa dan itu saya apresiasi setinggi-tingginya.

Umi Amanah

#sajakSINGKAT

Aku dan Icha


 Aku hanya melihat dua pasang mata kita
Dua senyum kita
Ternyata aku sedang terbawa suasana...
Kita kenal sepertinya baru saja
Tapi agak sedikit lama sebenarnya
Jika aku boleh mengungkap kata
Tiada hati yang perlu menyembunyi perkara
Bahkan senyum dan tawa yang hanya untuk profesionalisme semata
Kita tidak terlalu dekat
Kita juga tidak terlalu jauh
Sepertinya sedang-sedang saja
Tapi aku tidak sanggup menjauh
Bahkan mendekat terlalu dekat
Karena aku takut merasa kehilangan yang tidak seperti semestinya

Umi Amanah

Lagu Tiffany Kenanga - Jangan Bersedih

Artis / Penyanyi : Tiffany Kenanga
Judul Lagu : Jangan Bersedih
Genre Musik : Pop
Album : Single Terbaru 2016
Ciptaan : Fredy


Lirik

mati satu tumbuh seribu
patah hati jangan mengeluh
masih banyak hati yang lain
yang menanti tuk kau singgahi

putus cinta soal biasa
sedihnya jangan lama-lama
nanti kau bisa mati rasa
tegarkan hatimu dan melangkahlah

suatu saat nanti kan kau dapatkan
pujaan hati yang kan kau dambakan
ini semua telah Tuhan rencanakan
jadi jangan bersedih lagi

putus cinta soal biasa (putus cinta soal biasa)
sedihnya jangan lama-lama
nanti kau bisa mati rasa
tegarkan hatimu dan melangkahlah

suatu saat nanti kan kau dapatkan
pujaan hati yang kan kau dambakan
ini semua telah Tuhan rencanakan
jadi jangan bersedih lagi

mungkin dia memang bukan jodohmu
dipaksakan nanti sakit hatimu
pilihan Tuhan pasti jauh terbaik
jadi jangan bersedih lagi

pilihan Tuhan pasti jauh terbaik
jadi jangan bersedih lagi


Powered by Blogger.