Monday, September 24, 2018

Petualangan Bersama Allah Swt.: Setelah Kuliah? Mencari Allah Swt.

Hari ini Selasa (25/9/2018), saya ingin mulai menuliskan Petualangan Bersama Allah Swt. Saya memberi judul pada postingan kali ini, yaitu "Setelah Kuliah? Mencari Allah Swt." Hal ini sebagai jawaban saya kepada banyak orang yang bertanya, "Setelah kuliah mau apa/ngapain?"

Well, this is the answer. Setelah kuliah, saya ingin sekali "mencari Allah Swt". Keinginan ini menjadi salah satu bagian dari petualangan saya bersamaNya. Tentu saja, bahwa saya telah bersama Allah Swt. sejak Ia menciptakan saya.
Lalu, kenapa saya ingin mencariNya?

Sejujurnya saya menulis ini di sela-sela menunggu wisuda. Pertanyaan yang sangat membosankan selalu dilontarkan orang kepada mahasiswa yang statusnya seperti saya (nunggu wisuda), mending daripada (jomblo menderita).
Perasaan saya ingin "mencari" Allah Swt. sudah saya planing sejak lama, tapi apa daya. Saya sangat sombong dengan kesibukan dunia yang fana.
Lalu bagaimana? Sebelum terlalu jauh dan salah perspektif, saya ingin menegaskan bahwa maksud dari "mencari" adalah "mendekati" Allah Swt.
Oke, kembali ke topik. Alasan saya ingin mencari Allah Swt. setelah kuliah didasari oleh banyak hal. Pertama, karena keinginan saya. Kedua, tentunya karena kuliah saya selama empat tahun yang luar biasa. Ketiga, karena orang tua dan keluarga. Keempat, karena pembimbing skripsi saya. Kelima, karena sahabat dan lingkungan.

Pertama: Keinginan
Saya adalah salah satu orang yang memiliki keinginan sangat kuat, sehingga sangat sering dibilang memaksakan kehendak. Saya pikir itu positif, karena pertama adalah saya orang yang memiliki keinginan kuat, akan tetapi saya ingin mencari Allah Swt. agar tidak memiliki embel-embel "memaksakan kehendak", namun lebih pada "berikhtiar" yang berarti berdoa serta berusaha lantas menyerahkan segala hasil kepada Allah Swt.

Kedua: Kuliah Empat Tahun yang Luar Biasa
Sejatinya pada awal, saya adalah mahasiswa salah jurusan. Kuliah saya "kupu-kupu" alias kuliah-pulang kuliah-pulang. Hidup saya FLAT waktu itu, tetapi memasuki semester tiga banyak hal yang akhirnya membuat saya jatuh cinta BANGET pada bidang studi yang saya ambil. So, sejak itulah HARD TIME HAS BEGIN, kalo kata kids jaman now "pas lagi sayang-sayangnya dan cinta-cintanya". Saya menghabiskan enam semester saya dengan air mata. Penyebabnya banyak, setiap orang pasti punya. Hal yang paling saya sukai adalah ketika enam semester itu saya sering menangis saat salat, doa, dan sendirian. Akhirnya saya dapat berdiskusi dengan Allah Swt. setelah selama itu (OMG I got it). This is one of the best feel I can have.

Ketiga: Karena Orang Tua dan Keluarga
Pasti, bahwa orang tua dan keluarga menjadi salah satu hal yang mendukung saya untuk mencari Allah Swt. Hal itu karena sejak saya kuliah, ortu dan keluarga pun ikut merasakan hard time. Keadaan itulah yang membuat saya berpikir, Allah Swt. is the only one who can give everything (for them), but I can't.

Keempat: Pembimbing Skripsi
Namanya Pak Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.A. Saya mengenal beliau sejak semester dua dan mulai sering berdiskusi sejak semester tiga. Sejak itulah saya percaya bahwa beliau bisa membimbing saya sampai skripsi. Hadiahnya adalah bahwa beliau tidak hanya sekedar pembimbing skripsi, namun membimbing dalam kaitannya dengan kehidupan. Setiap kali diskusi sejak semester bawah dan mulai intens bimbingan skripsi, saya sering mendapati bahwa beliau selalu mengaitkan satu hal dengan banyak konteks. Hal itulah yang membuat saya kagum pada beliau. Pada suatu bimbingan, kami sedang membahas konteks dari teks karya sastra dan beliau mengatakan, "Orang yang dekat dengan Allah Swt. pasti bahagia." Waktu itu bertepatan dengan saya yang sedang uring-uringan merasa tidak bahagia dalam hidup. Saya lantas menyimpulkan bahwa saya tidak dekat dengan Allah, maka saya tidak bahagia. Sejak itulah, saya ingin mencari Allah untuk kebahagiaan saya.

Kelima: Sahabat dan Lingkungan
Waktu-waktu sulit selama perkuliahan akhirnya menunjukkan sahabat-sahabat yang selalu tinggal namun tidak pernah meninggalkan. Sahabat itu kemudian menuntut saya pada lingkungan yang akhirnya membentuk saya, bahwa makhluk ciptaanNya saja mengasihi saya sedemikkan rupa. Lalu bagaimana atas apa yang dilakukan sang pemilik rasa kasih yang sesungguhnya kepada saya? Hal tersebut benar-benar membuat saya ingin mencarinya.
Beberapa uraian tersebut merupakan faktor yang mendukung saya untuk mencari Allah Swt. tentunya agar saya bahagia. Sisanya adalah reward dan hari ini, saya memulainya.
Bismillah, setelah kuliah? Saya mencari Allah Swt.

Saturday, August 4, 2018

Lombok, 27-30 Juli 2018

Lombok International Airport
Melihat postingan terakhir saya di blog ini rasanya sudah terlalu lama. Seketika, saya jadi ingin berbagi pengalaman mengenai perjalanan saya ke Lombok selama empat hari tiga malam. Anggap saja tulisan ini untuk memperbarui draf entri sekaligus berbagi cerita jalan yang dulu sering dilakukan namun tiba-tiba menjadi seperti terlupakan.

Masih ingat tentang gema berkekuatan 6.4 SR yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 29 Juli 2018 lalu? Iya, waktu itu saya sedang berada di sana. Perjalanan saya untuk mengikuti acara "Seminar Antarbangsa: Arkeologi, Sejarah, Bahasa, dan Budaya di Alam Melayu" menjadikan saya salah satu orang yang merasakan gempa tersebut. 

Kepanikan terjadi pagi hari saat banyak orang bersiap memulai aktifitasnya. Waktu itu saya sedang mempersiapkan untuk mengikuti hari kedua acara seminar. Penginapan saya berada tepat di pinggir Pantai Senggigi, salah satu destinasi wisata favorit wisatawan yang datang ke Lombok. Mengingat posisi penginapan dan gempa yang datang tiba-tiba, saat itu saya hanya bisa berdoa dan memohon ampun kepada Allah Swt. 

Pascagempa pertama yang kemudian disusul gempa-gempa selanjutnya menjadikan saya dan kawan-kawan tetap berangkat ke acara seminar. Acara pun tetap berlangsung lancar meski gempa yang terjadi hari itu sedikit membuat panik. Hanya, pada pertengahan hari kedua seminar sempat dihebohkan dengan berita-berita yang muncul di media. Hal tersebut menjadikan beberapa keluarga yang berada di Jawa menjadi sangat khawatir. 

Komunikasi yang dilakukan lebih sering daripada biasanya diperlihatkan tidak hanya oleh saya, namun beberapa kawan-kawan pula. Hal ini terjadi karena banyak sekali peserta seminar yang berasal dari luar Lombok. Meski demikian, acara seminar tetap berjalan lancar sampai penutupan. Selebihnya, Lombok kembali tenang dan para peserta menghabiskan sisa waktunya dengan mengunjungi tempat wisata populer di Lombok. 

Perjalanan kemarin benar-benar memberi saya pelajaran, yaitu bahwa kematian memang sangat dekat dengan saya. Hal itulah yang dapat saya ambil dari perjalanan saya. Sekarang, saya perlu menghargai waktu yang telah Allah Swt. anugerahkan kepada saya. Selain itu, saya harap perjalanan ke Lombok seminggu lalu dapat mengajarkan kebaikan dan menjadi yang paling dirindukan untuk kembali. 

Surakarta, 4 Agustus 2018 
Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan
Bertemu dengan Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan (Head, Nusantara Studies Center)
Pantai Senggigi, Lombok, NTB
Pesawat Republik Indonesia
Pesawat Republik Indonesia
Lombok International Airport (29//7/2018)

ASBAM ke-7 2018
Pemakalah ASBAM ke-7 2018
(Mahasiswa pascasarjana kecuali saya)
Dr. Kathryn Wellen (Kitlv, Leiden)
ASBAM ke-7 2018
Pemakalah ASBAM ke-7 2018

ASBAM ke-7 2018
Acara Penutupan ASBAM ke-7 2018
The Jayakarta Lombok, Beach Resort & Spa
Powered by Blogger.