Jumat (20/11) ini aku bukan sedang menulis berita, tapi sedang menjajaki teras berita. Iya, sebenarnya sudah setahun lebih setengah aku ada dalam lembaga pers mahasiswa. Tapi aku masih saja berada di teras. Entah kenapa, ada ketakutan tersendiri untuk mengetuk pintu lalu masuk atau kembali pulang. Aku seolah dihadapkan pada dilematika yang lebih sulit dari matematika.
Hari ini acara pradiklat, rutinitas kegiatan untuk para anggota baru akan dilaksanakan. Aku menjadi ketua panitia, iya ketua panitia pradiklat dan diklat lpm. Sebenarnya bukan sedang pamer jabatan panitia, toh cuma panitia. Ternyata pikiranku lebih besar dari itu. Keberanian sedikit perlahan terkumpulkan. Tangan ini mulai berani memegang gagang pintu ruang independen.
Entah kenapa aku ini, tiba-tiba saja aku tidak hanya diam di hadapan pintu. Berpikir untuk membuka pintu lantas masuk atau kembali pulang. Ini lebih besar dari itu, iya lebih besar. Jika tangan ini saja sudah menggenggam gagang pintu, maka hanya butuh dorongan bahu untuk menguatkan tangan kemudian membuka.
Aku tidak sendiri, ah iya aku tidak sendiri. Banyak orang hebat di balik pintu dan orang-orang kuat di sampingku. Sesekali aku menengok bahu, ternyata banyak tangan yang merangkulku. Sedikit menghilangkan ketakutan untuk membuka sesuatu yang masih menjadi ragu dalam hidupku. Semoga perlahan aku kuat untuk membuka pintu, tidak hanya berada di teras dan diam. Masuk, iya masuk itu tujuanku.
Sepertinya butuh proses sedikit lama untukku, hanya untukku. Karena ini tentang keberanian yang nantinya tidak akan bersembunyi lagi di balik tawa ketakutan, atau pilihan untuk pergi tanpa ada alasan untuk aku kembali. Sejatinya di dalam sana banyak yang ingin aku ketahui, segala yang aku ingini, segala yang aku butuhkan, dan segala yang belum aku selesaikan.
Kini, aku sedang memikirkan semua yang akan aku sampaikan. Lewat tiga menit waktu yang diberikan, semoga semmuanya tidak seperti aku yang ketakutan. Aamiin