Tiga semester ini aku pikir sudah lama untuk perihal memandang. Iya, terlebih memandang malam yang sesekali dihiasi kerlip lampu menari. Bersumber dari lampu pesawat terbang, banyak waktu yang aku habiskan hanya untuk melihatnya. Entah kebetulan, kost yang aku tempati ternyata memberikan tempat jemuran yang terbuka.
Lima hari dalam satu Minggu pasti aku sempatkan untuk memandang malam. Awalnya memandang malam, lama-kelamaan memandang segala yang dimiliki malam. Sudah banyak bulan purnama terindah yang telah aku saksikan, bintang terbanyak yang aku pandangi sampai kemalaman, rasi yang selalu aku hubung-hubungkan, dan terakhir pasti kerlip lampu pesawat terbang yang aku ikuti sampai menghilang di balik awan.
Akhir-akhir ini aku sangat suka memandang kerlip lampu yang diberikan pesawat padaku. Gradasi warna hitam malam, serta putih, hijau, kuning, merah, biru yang dimiliki pesawat menjadikanku berimajinasi liar. Iya, ide menjadi kebutuhan dalam menulis semua yang ingin aku tulis. Sayangnya barusan aku baru tersadar, bahwa yang selalu aku pandang belum sempat aku tuliskan.
Kini saatnya, aku ingin menulis segala yang telah dianugerahkan Alloh Swt. lewat malam padaku. Tentang pesawat yang setiap saat aku dengar suara baling-balingnya, tentang refleksi capung yang kerap aku dengar kegagahannya membelah udara, tentang benda bersayap di angkasa sana yang selalu aku nanti-nantikan lampunya, dan tentang tumpangan terbesar yang bisa melayang dan aku belum pernah menaikinya.
Aku berspekulasi, tentunya sebagai seseorang yang belum pernah naik pesawat. Pikirku, orang-orang di dalam pesawat yang terbang di malam hari tidak sebahagia orang yang berada di daratan bumi. Iya, ini berkaitan dengan pandangan mereka yang dibatasi baja dengan awan hitam di luar sana. Mereka tidak bisa memandang banyak manusia, padahal banyak manusia yang memandang mereka. Mereka juga tidak bisa memandang lampu pesawat yang mereka tumpangi meski tersaji bak bintang yang terus berjalan.
Itu bentuk spekulasi dari seseorang yang belum pernah naik pesawat. Semoga suatu saat spekulasiku itu terbantahkan oleh diriku. Akan ada waktu untuk aku terbang, di manapun, kapanpun, serta untuk alasan apapun, dan semoga semua untuk kebaikan. Aku ingin terbang, aku ingin memandang banyak lampu dari atas sana, aku ingin membelah udara, dan aku ingin merasa memeluk awan. Suatu saat, akan ada yang sepertiku, menulis indahnya lampu pesawat yang berkerlip di malam hari dengan pesawat yang di dalamnya ada seseorang yang pernah menulis ini sebelumnya. Itu saja,
0 komentar:
Post a Comment