Aku berharap tidak ada pertanyaan mengenai apa itu pengertian akan sebuah kesaktian? Sedikit saja aku akan bercerita mengenai rasa. Berharap kali ini aku sedang tidak salah mengartikannya. Rutinitas yang telah menjadi tradisi aku tinggalkan sesaat. Kemalasan untuk berkawan dengan telepon genggam seolah terpatahkan. Hari ini, aku mengingkari apa yang sebenarnya tidak aku sukai. Berdawai bersama alam seolah aku lupakan, menggila lewat kata seolah aku lupa, apalagi aku mengingat akan ajakan sajak untuk berdansa bersama.
Hari ini awan biru seolah tiada, yang aku lihat hanya pekat hitam yang terpancar di atas sana. Ditambah iringan nada guntur yang sedang mengepaskan suasana. Jujur saja kadang kala mengagetkan hati yang sedang entah berasa apa. Kemudian aku tekuni sebuah perbincangan mengenai rasa. Entah sedang mengikuti hawa hati yang tiba-tiba menjadi perasa atau benar-benar karena terbawa suasana. Dingin kembali menjadikan tulang ini rapuh dipeluk nistapa. Kulit ini serasa minder tatkala tak bisa melindungi apa yang semestinya ada di dalamnya. Terlebih daging yang hanya tebal dipandangan mata, namun tetap lembek saat rasa dari luar kembali menusuk dalam palung jiwa.
Seketika perbincangan serasa menghangatkan parodi tubuh hamba. Tiada lawan bicara bertemu dalam tempat yang sama. Tapi kenapa rasa ini begitu dekat bersamanya. Apa aku ini hanya sedang menjadi perasa? Anehnya, hari ini aku seperti benar-benar menggila. Terlebih pada perbincangan yang sebenarnya belum aku ketahui pastinya. Tapi jujur saja aku hari ini sungguh bahagia, ketika hatiku tergugah dari kematian untuk kembali merasa mengenai perihal cinta, lewat perbincangan sederhana yang mengarah pada kesaktian makna. Itu saja,
Umy Amanah
0 komentar:
Post a Comment