Saturday, October 31, 2015

MAKALAH SASTRA BATAK DAN SASTRA MINANG

MAKALAH SASTRA BATAK DAN SASTRA MINANG
Dibuat untuk memenuhi tugas Ulangan Tengah Semester
 Mata Kuliah Sastra Nusantara
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Bani Sudardi, M.Hum.




Disusun Oleh:
                      Nama                        : Umi Amanah
                      NIM                         : CO214064
                       Semester/Kelas        : 3/B





PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

MAKALAH SASTRA BATAK DAN SASTRA MINANG
Umi Amanah
Universitas Sebelas Maret Surakarta

1.      PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki kekayaan sastra. Hal tersebut mengacu pada banyaknya wilayah kepulauan di Indonesia yang mengakibatkan adanya pembagian wilayah Sastra Nusantara. Dalam hal ini, penulis akan mengambil konsentrasi pada sastra nusantara yang wilayahnya terpengaruh budaya Melayu.
Pengaruh Melayu tentunya tampak pada bentuk-bentuk karya sastra seperti pantun, syair, seloka, gurindam, dan hikayat. Wilayah tersebut diantaranya Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaka. Namun, ternyata pembagian wilayah dalam sastra nusantara merupakan sebuah skema belaka yang di dalamnya masih terdapat tumpang tindih dan ketidakpastian. Dalam tulisan ini, penulis akan mengulas sastra Batak dan sastra Minang sebagai bentuk atau bagian dari sastra nusantara.

b. Rumusan Masalah
1.         Bagaimana contoh karya sastra Batak?
2.         Bagaimana isi dalam karya sastra Batak?
3.         Bagaimana suatu karya dapat dikategorikan dalam sastra Batak?
4.         Bagaimana contoh karya sastra Minang?
5.         Apa saja jenis karya sastra Minang?
6.         Bagaimana karya tersebut dapat dikategorikan dalam sastra Minang?

c.    Tujuan Penulisan
1.         Mengetahui contoh karya sastra Batak.
2.         Mengetahui isi contoh karya sastra Batak.
3.         Mengetahui bagaimana suatu karya dapat dikategorikan dalam karya sastra Batak.
4.         Mengetahui contoh karya sastra Minang.
5.         Mengetahui jenis karya sastra Minang.
6.         Mengetahui bagaimana suatu karya dapat dikategorikan dalam karya sastra Minang.


2. PEMBAHASAN
Sastra Nusantara adalah sebuah frasa yang menunjuk tentang karya-karya sastra dan hal terkait yang terdapat di wilayah kepulauan Asia Tenggara. Karena Indonesia merupakan negara yang masuk dalam negara kepulauan, oleh karena itu Indonesia memiliki sebutan Nusantara. Indonesia tentu memiliki banyak wilayah yang di dalamnya tentu terdapat karya sastra. Ini sangat dekat dengan pembagian wilayah sastra nusantara. Dalam hal ini, penulis akan memngambil dua wilayah di Indonesia yang memiliki karya sastra terpengaruh Melayu yaitu sastra Batak dan Sastra Minang.   
Sastra Batak merupakan hasil kebudayaan yang berkenaan dengan cerita rakyatnya. Ini berkaitan erat dengan Bahasa Batak pada zaman dahulu secara umum merupakan bahasa lisan. Sebenarnya hingga saat ini, sastra Batak belum dapat diuraikan dengan jelas dan lengkap karena beberapa faktor yang mempengaruhiny.
Terlepas dari permasalahan mengenai belum jelasnya uraian tentang sastra Batak, penulis mencoba mengulas sedikit mengenai bentuk-bentuk sastra Batak. Bentuk tersebut adalah : puisi, perumpamaan, pantun-pantun, doa-doa, dongeng atau turi-turian, peribahasa.
Orang Batak Toba terkenal dengan keberaniannya untuk berbicara di depan umum dan keberanian dalam hal-hal lainnya. Sifat umum dan khas dari suku bangsa ini ialah “Si boru puas si boru bakkara, molo nunga puas ampema soada mara (artinya,seseorang harus mengungkapkan isi hati dan perasaannya, dan jika hal itu telah terungkapkan maka puaslah rasanya dan damai serta selesailah masalkah, semua masalah harus dituntaskan dengan pembicaraan). Ungkapan ini umumnya mewarnai sifat orang Batak. Berkaitan dengan itulah maka orang Batak suka berbicara. Suka berbicara, berkaitan erat dengan bayak hal dalam hidup orang Batak Toba. Suku ini memiliki banyak ungkapan-ungkapan berhikmat, pepatah, pantun, falsafah, syair lagu, dll. Banyak ungkapan bijaksana di kalangan masyarakat Toba. Ungkapan bijak itu tidak kala penting dan nilainya bagi kehidupan mausia bila dibandingkan dengan ungkapan bijak dari sastra suku bangsa lain. Ungkapan berhikmat itu sungguh lahir dari pengalaman dan pergulatan hidup nenek moyang dari dahulu hingga masa sekarang.
Makna yang terkandung dalam sastra Batak Toba berkaitan erat dengan kehidupan yang dialami setiap hari, misalnya: falsafah pengetahuan (Batak: Habisuhon), kesusilaan (Batak: Hahormaton), tata aturan hidup (Batak: Adat dohotuhum) dan kemasyarakatan (Batak: Parngoluon siganup ari). Bila diteliti secara seksama, sastra kebijaksanaan suku Batak Toba (yang disebut umpama), terdiri dari empat bagian. Pembagian itu adalah sebagai berikut: 
1.      Filsafah (Batak: umpama na marisi habisuhon= pepatah yang berisi pengetahuan atau kebijaksanaan).
2.      Etika kesopanan (Batak : umpama hahormaton).
3.      Undang-undang (Batak: umpama na mardomu tu adat dohot uhum).
4.      Kemasyarakatan (Batak: umpama na mardomu tu parsaoran si ganup ari, ima na dipangke di tingki pesta, partamueon, dll.).
 Arti dan makna umpama (pepatah) dalam suku Batak Toba sangat luas dan mendalam. Berdasarkan bentuknya ungkapan itu dapat di bagi ke dalam empat bagian besar. Pembagian itu ialah:
1.      Pantun (Batak: umpasa): adalah ungkapan yang berisi permintaan berkat, keturunan yang banyak, penyertaan dan semua hal yang baik, pemberian dari Allah.
2.      Kiasan/persamaan (Batak: tudosan): adalah pepatah yang berisi persamaan dengan ciptaan (alam) dan semua yang ada di sekitar kita, misalnya: pematang sawah yang licin.
3.      Nyanyian (Batak: endeende): adalah pepatah yang sering dinyanyikan, diungkapkan oleh orang yang sedang rindu, yang bergembira dan yang sedang sedih.
4.      Pepatah (Batak: Umpama) adalah:
a) kebijaksanaan/kecerdikan,
b) pepatah etika kesopanan,
c) pepatah adat (peraturan :tata cara),
d) pepatah hukum.

Sastra kebijaksanaan Batak Toba :
1. Berkaitan dengan Penderitaan Manusia:
·         Nunga bosur soala ni mangan
·         Mahap soala ni minum
·         Bosur ala ni sitaonon
·         Mahap ala ni sidangolon
 Arti harafiah dan leksikal:
Sudah kenyang bukan karena makan
Puas bukan karena minum
Kenyang karena penderitaan
Puas karena kesedihan/dukacita
Sedangkan arti dan makna terdalam: Syair pantun ini mengungkapkan keluhan manusia atas penderitaan yang berkepanjangan yang menyebabkan keputusasaan. Penderitaan sering dianggap sebagai takdir. Takdir ditentukan oleh Debata Mulajadi Na Bolon (Allah orang Batak Toba) harus diterima dengan pasrah saja. Ada orang yang menyerah saja pada penderitaan dan menjadi apatis. Namun untuk sebagian orang takdir dilihat sebagai sarana pendidikan, yakni mendidik untuk tabah menghadapi segala cobaan hidup, menyingkirkan sifat sombong dan sekaligus menanamkan rasa patuh kepada orang tua, raja, hula-hula (kerabat keluarga), nenek moyang dan Debata Mulajadi Na Bolon. 
 Jenis pantun ini ialah “pantun andung” (pantun tangisan) pada penderitaan. Pantun ini diungkapkan pada waktu mengalami penderitaan (kesedihan dan duka cita), misalnya pada saat kematian orang tua, sahabat dan famili.
2. Berkaitan dengan Nasihat dan Larangan Melakukan Perzinahan:
·         Silaklak ni dandorung
·         Tu dangka ni sila-sila
·         Ndang iba jumonokjonok
·         Tu na so oroan niba
 Arti harafiah dan leksikal:
·         Kulit kayu dandorung
·         Ke dahan kayu silasila
·         Dilarang mendekati perempuan/wanita
·         Jika tidak istri sendiri
 Arti terdalam:
Dua baris terakhir dari syair pantun di atas menasehatkan kepada semua pria agar tidak mendekati seorang perempuan/wanita yang tidak istrinya. Nasehat ini merupakan usaha untuk menghindari tindakan perzinahan dan sekaligusmerupakan larangan untuk tidak melakukan perzinahan. Seorang laki-laki yang mendekati perempuan yang bukan istrinya dan melakukan hubungan seksual disebut berzinah. Orang yang melakukan perzinahan dihukum dan terkutuk hidupnya.
 Jenis Sastra:
Pepatah nasehat ini digolongkan ke dalam pantun nasehat atau pepatah nasehat (Batak: umpama etika hahormaton, adat dohot uhum). Pepatah ini digunakan pada kesempatan pesta adat, pesta perkawinan, dan pada hari-hari biasa serta pada kesempatan yang biasa juga. Juga sering diungkapkan pada waktu diadakan musyawarah kampung karena adanya tindakan pelanggaran perkawinan. Biasanya orang yang berzinah dihukum secara adat.
3. Berkaitan dengan Etika Kesopanan (sopan santun):
·         ” Pantun hangoluan, tois hamatean!”
Arti harafiah dan leksikal: Sikap hormat dan ramah mendatangkan kehidupan dankebaikan; sikap ceroboh atau sombong (tidak tahu adat) membawa kematian/malapetaka.
 Arti terdalam: sopan santun, sikap hormat dan ramah tamah akan membuahkan hidup yang mulia dan bahagia (baik), sedangkan sikap ceroboh dan sombong (angkuh) akan menyebabkan kematian, penderitaan, malapetaka dalam hidup seseorang. Pada umumnya orang yang sopan memiliki banyak teman yang setia, ke mana dia pergi selalu mendapat perlindungan dan sambutan dari orang yang dijumpainya. Sedangkan orang yang ceroboh dan sombong sulit mendapat teman bahkan sering mendapat lawan dan musuhnya banyak. Yang seharusnya kawan pun menjadi lawan bagi orang yang seperti ini.
 Jenisnya dan digunakan pada kesempatan: Sastra ini tergolong dalam pepatah (Batak: umpama) nasehat. Pepatah etika sopan santun. Biasanya digunakan pada kesempatan memberangkatkan anak, famili atau sahabat yang hendak pergi ke perantauan. Dan pepatah ini digunakan sebagai nasehat orang-orang tua kepada anakanaknya.
4. Berkaitan dengan “Janji atau nazar” yang harus ditepati: 
·         Pat ni satua
·         Tu pat ni lote
·         Mago ma panguba
·         Mamora na niose 
 Arti harafiah dan leksikal:
·         Kaki tikus
·         Ke kaki burung puyuh
·         Lenyap/hilanglah si pengingkar janji
·         Dan kayalah yang diingkari
 Arti terdalam: seorang yang mengingkari janji, apalagi sering-sering mengingkari akan hilang lenyap (mati) karena tindakannya dan orang yang diingkari akan menjadi kaya. Orang yang mengingkari janji dikutuk dan ditolak oleh masyarakat umum, sedangkan orang yag diingkari mendapat penghiburan dan pengharapan yang baik dari sang pemberi rahmat. Dia akan menjadi kaya dalam hidupnya. Padan adalah janji atau perjanjian, ikrar yang disepakati oleh orang yang berjanji. Akibat dari pelanggaran padan lebih daripada hukum badan, karena ganjaran atas pelanggaran padan (janji) tidak hanya ditanggung oleh sipelanggar janji (padan), tetapi juga sampai pada generasi-keturunan berikutnya. Ada unsur kepercayaan kutukan di dalamnya. Padan bersifat pribadi dan rahasia, diucapkan tanpa saksi atau dengan saksi. Jika padan diucapkan pada waktu malam maka saksinya ialah bulan maka disebut padan marbulan. Dan jika diucapkan pada siang hari saksinya ialah hari dan matahari disebut padan marwari. Nilai menepati janji cukup kuat pada orang Toba. Ini mungkin ada kaitannya dengan budaya padan yang menyatakan perbuatan ingkar janji merupakan yang terkutuk.
  Jenis pantun dan digunakan pada kesempatan: pantun ini tergolong ke dalam pepatah (Batak: umpama) nasehat kepada orang yang berjanji (Batak: marpadan). Pepatah ini digunakan pada kesempatan ketika menasehati orang yang sering menginkari janji. Pada upacara adat terjadi pembicaraan dan berkaitan dengan pengadaan perjanjian. Nasehat ini diberikan dan disampaikan oleh orang tua dari kalangan keluarga. Ini merupakan unsur sosialisasi untuk mendidik orang Toba menjadi orang yang konsekuen dalam bertindak.
5. Berkaitan dengan Kehidupan Sosial Masyarakat: 
·         Ansimun sada holbung
·         Pege sangkarimpang
·         Manimbuk rap tu toru
·         Mangangkat rap tu ginjang
 Arti harafiah dan leksikal:
·         Mentimun satu kumpulan
·         Jahe satu rumpun batang
·         Serentak melompat ke bawah
·         Serentak melompat ke atas

 Arti terdalam: Umpama ini digunakan untuk kerabat sedarah dan dari satu keluarga (Batak: dongan sabutuha). Pepatah ini mengisyaratkan kebersamaan untuk menanggung duka dan derita, suka dan kegembiraan. Sejajar dengan ungkapan:”ringan sama dijingjing, berat sama dipikul”. Dari ungkapan ini terbersit arti mendalam dari kekerabatan yang dianut oleh orang Batak Toba. Kekerabatan mencakup hubungan primordial suku, kasih sayang dipupuk atas dasar hubungan darah.Kerukunan diusahakan atas dasar unsur-unsur Dalihan Na Tolu. Hubungan antar manusia dalam kehidupan orang BatakToba diatur dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu. Hubungan ini telah disosialisasikan kepada generasi dari generasi ke generasi berikutnya. Hubungan ini telah ditanamkan kepada anak sejak dia mulai mengenal lingkungannya yang paling dekat, misalnya dengan orang tua, sanak saudara dan kepada famili dekat. Pengertian marga dijelaskan dengan baik sesuai dengan kode etik Dalihan Na Tolu. Tata cara kehidupan, cara bicara, adat-istiadat diatur sesuai dengan kekerabatan atas dasar Dalihan Na Tolu itu.
  Jenis sastra: tergolong dalam kelompok pepatah (Batak: umpama). Dipakai pada kesempatan pesta pernikahan, pesta adat dan pada waktu kemalangan. Pepatah ini digunakan sebagai nasehat untuk pihak yang berpesta dan yang sedang kemalangan.

Kekhasan Sastra Batak Toba:
a) Sastra Batak Toba lahir dari budaya Batak yang tumbuh berkat relasinya dengan alam, dunia sekitar dan orang-orang dari suku bangsa lain.
b) Pepatah atau ungkapan bijak dalam suku ini tidak diperoleh dari hasil pendidikan formal, tetapi dari pendidikan suatu perkumpulan, misalnya perguruan silat atau perkumpulan marga dan adat.
c) Sastra ini pada umumnya diwariskan secara lisan.
d) Pengarang satra ini tidak diketahui. Waktu penulisan dan tempat mengarang juga tidak dapat dipastikan.
e) Pepatah dan pantun dapat diubah-ubah sesuai dengan situasi yang ada. Tetapi harus selalu diperhatikan dan dipertahankan isi dan makna yang sebenarnya.
f) Sastra ini memiliki arti kiasan atau perumpamaan dan arti langsung (harafiah).
g) Pola sajak yang digunakan umumnya bervariasi, ada ab-ab dan ada yang bebas.
h) Ada pepatah atau sajak yang bernilai rohani, yang sangat dalam maknanya.
i)  Pepatah umumnya dikuasai oleh sebagian orang saja yang bertugas sebagai pembicara dalam adat. Orang yang bisa berbicara dengan baik dan mengetahui banyak pepatah maka dia dapat dihunjuk sebagai pembicara dalam adat. Tetapi umumnya sastra ini dapat digunakan oleh siapa saja.
Kelebihan dan kekurangan:
Kelebihan: pepatah bersifat sederhana, mudah dimengerti dan diingat oleh orang, tidak membosankan, memiliki arti harafiah dan arti terdalam yang juga memiliki kaitan dengan arti harafiah itu. Umumnya pepatah atau sastra Batak sibuk dengan masa depan.
Kekurangan: tidak semua tertulis karena itu bisa hilang dan dilupakan oleh generasi selanjutnya. Sastra ini memiliki bahasa kuno yang terkadang sulit dimengerti orang jpada aman sekarang.
              Dari beberapa contoh di atas tentu kita sudah mengetahui kenapa karya atau contoh sastra di atas masuk dalam sastra Batak. Itu karena dari sedikit uraian tersebut mengandung beberapa hal yang erat kaitannya dengan adat istiadat, kepemimpinan, pembaruan, kreativitas, cinta tanah air yang memang menjadi patokan suatu karya sastra di daerah Batak.
Sastra Minang, merupakan sastra yang lahir di wilayah Minang. Suku Minang merupakan singkatan bagi Suku Minangkabau, nama suatu suku yang mendiami Sumatra Utara. Suku ini terkenal sebagai suku yang mengembara dengan cara berdagang. Dari bahasa dan tradisinya, mereka termasuk suku Melayu.
Karya sastra Minangkabau adalah karya seni yang menggunakan bahasa Minangkabau sebagai mediumnya dan biasanya membicarakan tentang manusia dan kemanusiaan, yakni tentang hidup dan kehidupan masyarakt serta kehidupan Minangkabau. Sedangkan budaya Minangkabau adalah sebuah budaya yang berkembang di Minangkabau serta daerah rantau Minang. Hal ini merujuk pada wilayah di Indonesia.
Sastra Minangkabau adalah sastra yang hidup dan dipelihara dalam masyarakat Minangkabau, baik lisan maupun tulisan. Adapun sastra lisan yang masih hidup dalam masyarakat Minangkabau adalah jenis kaba dan dendang.
Dalam lingkup sastra Minangkabau banyak karya sastra yang muncul dan berkembang baik secara lisan maupun tulisan, hanya saja memang pada kenyataannya dalam sastra Minangkabau lebih didominasi dengan karya sastra yang sifatnya lisan.
Kaitannya dengan sastra Minangkabau, penulis mengambil contoh karya sastra berupa puisi. Sebelumnya perlu diketahui bahwa karya sastra puisi dalam sastra Minangkabau memiliki jenis yang banyak, antara lain.
           a. Mantra
              Mantra merupakan puisi yang paling tua atau tertua dalam sastra yang diciptakan atau berada di Minangkabau khususnya. Mantra sendiri dibuat untuk mendapatkan kekuatan gaib dari roh nenek moyang dengan tujuan tertentu dan biasanya dituturkan secara lisan.
b. Pantun
              Pantun biasanya disajikan dalam bentuk empat baris (baris pertama dan kedua merupakan sampran, sedangkan baris ketiga dan keempat meupakan isi). Pantun sendiri terdiri dari atas  Pantun Jenaka (biasanya berisi banyolan yang sifatnya menghibur), Pantun Nasihat (biasanya berisi nasihat bagi pendengarnya), Pantun Adat (biasanya diucapkan keapala desa dan dilakukan saat ada pertemuan atau acara besar), Pantun Agama ( biasanya isinya juga merupakan petuah atau nasihat, hanya saja lingkupnya masih mencangkup keagamaan).
2. Talibun
              Talibun pada penyampaiannya biasanya berupa nasihat-nasihat yang diperdengarkan dari yang tua ke yang lebih muda dengan tujuan agar yang muda mampu mengerti dan memahami mana yang baik dan mana yang benar.
3. Pepatah-Pepitih
              Pepatah-pepitih pada dasarnya memiliki unsur kesamaan dengan apa yang ada dalam Talibun karena juga berisi nasihat atau pepatah yang bermanfaat.
4. Syair
              Merupakan bentuk puisi yang terdiri dari empat baris (kesemuanya merupakan isi). Syair memiliki sajak a-a-a-a dan syair yang terkenal adalah Syair Manalah Bulan.
5. Kata-kata Adat
              Di dalam berbagai karya sastra Minangkabau akan sangat banyak ditemukan kata-kata adat.
Prosa dalam sastra Minangkabau memiliki karya-karya prosa yang sudah akrab dikenal masyarakat. Di antara karya-karya prosa tersebut adalah sebagai berikut: Putri Jailan, Putri Sari Banilai, Lareh Situjuh, Jumbang Muhamad, Bujang Pajudi, Urang Silaing, Gadih Basani.
Mengarah pada tujuan awal, kini penulis akan memberikan contoh mengenai puisi Minangkabau.
           a. Pantun Nasihat
           Berburu ke padang data
           Dapeklah ruso baling kaki
           Berguru kepalang aja
           Bak bungo kembang tak jadi
           b. Pantun berkasih-kasihan
           Ayam kuriak rampaian taduang
           Ikua bajelo dalam padi
           Ambiak tampruang bari makan
           Dalam darah tujuh kampong
           Tuan surang tampaik hati
           Nan lain hambo haramkan
                        Ikan bernamo gambo lian
                        Mudiak menggonggo anak damak
                        Tuan sapantun gambar bulan
                        Indah di mato urang banyak
            Duduak manyurek di kurisi
           Sapantun janang dalam medan
           Lakek tak mudah putuih lai
           Baitu kasiah pado Tuan

           c. Pantun Perceraian
           Kappa si Ali ka Bangkalih
           Kapa si Tungga tak kibawan
           Tuan ka pai mangaji
           Hambo Timba tak bakawan
                        Tagamang aia di jajaran
                        Tarandam urek padi mudo
                        Tagamang hambo ditinggikan
                        Hambo lah Tuan aja manjo

           c. Pantun Beriba Hati
           Ampaleh daun baloyang
           Dituriah mangko dijamua
           Si Galang ameh ambo Loyang
           Di mano ka buliah campua baua
                        Putuih badantang tali rabab
                        Ditimpo tanah badari
                        Adiak dan mananyo sabab
                        Untuang nan mambao sansei

Dari beberapa pantun di atas dapat dikategorikan karya sastra tersebut masuk ke dalam karya sastra Minangkabau. Hal ini seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa di Minangkabau, bentuk karya sastra puisi salah satunya adalah pantun. Beberapa contoh di atas juga telah menjelaskan bahwa terdapat beberapa pantun diantaranta: pantun nasihat, pantun berkasih-kasihan, pantun perceraian, pantun beriba hati. Pantun-pantun tersebut juga pasti memiliki makna yang terkandung di dalamnya sesuai dengan jenis pantun yang ada di wilayah Minangkabau.


PENUTUP
Sastra nusantara merupakan sastra yang lahir dan berkembang di wilayah nusantara. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari setiap wilayah yang memiliki sastra tersebut. Sastra yang lahir dan mewakili wilayah tersebut tentu sangat kental atau erat kaitannya dengan masyarakat setempat, tradisi, dan segala apa yang melatarbelakanginya. Sehingga sastra nusantara merupakan suatu bentuk kekayaan bangsa yang harus dijaga keberadaannya. Selain itu, setiap daerah tentu memiliki perbedaan di setiap karya sastranya, namun pada prinsipnya tetap sama.


DAFTAR PUSTAKA

Rangkoto, N.M.. 1982. Pantun Adat Minangkabau. Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra dan 
           Daerah.
Sudardi, Bani. 2010. SASTRA NUSANTARA: Deskripsi Aneka Kekayaan Sastra Nusantara. Solo: 
           Badan Penerbit Sastra Indonesia.
SIHALOHISTIC. 2014. SASTRA DAERAH: SASTRA BUDAYA BATAK TOBA. http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/sastra-budaya-batak-toba. Diakses pada 28 Oktober 
           2015.

     

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.