Wednesday, March 11, 2015

Cerpen : Saat Dia Adalah Kamu

Cerpen : Saat Dia Adalah KamuTombak tatapan sepasang mata wanita yang duduk di sebelah sana sungguh menakutkan. Terlebih tatapannya yang ditujukan untuk mega yang menaunginya sore ini. Apa itu adalah sebuah protes akan gerimis atau guyuran hujan yang tiada diturunkan sore ini? Entahlah akupun tiada mengetahui. Aku geluti gelagatnya dengan berpura-pura sedang membaca buku pesona kata. 

Sesaat lirikanku kembali mengarah pada wanita yang ternyata sedang menunggu dering alat komunikasi yang dimilikinya. Wajahnya tertunduk tiada kutau, kursi yang sesekali berbunyi karena kecemasan dari yang menduduki, hingga angin mengiringi dengan bertiup kencang seperti hembusan nafas yang wanita itu keluarkan.  

Kriiiiiiinggggg,..... Tiba-tiba telepon wanita itu berbunyi. Segala bentuk persiapanpun dilakukan wanita itu sekedar hanya untuk mengangkat telepon yang sudah bergetar beberapa kali. Senyum manis terlihat dari wajahnya, sungguh itu mempersulit diriku untuk menafsirkan siapa sebenarnya yang menelfon wanita yang sedari tadi kupandangi penuh rasa ingin tau. 

Sejenak aku menunduk untuk kembali melanjutkan membaca buku bacaan yang aku kesampingkan. Sayangnya tiba-tiba suara wanita itu terdengar sampai ke tempatku. Buku yang aku pegang seolah bergetar tanpa ada gempa sebelumnya. Mataku berkedip untuk bersiap memandang dalam waktu yang lama, mulutku diam tak bersuara hingga telingaku kupasang awas-awas untuk menguping pembicaraannya.

Ternyata wanita itu sedang berkomunikasi dengan seorang pria. Banyak sekali perbincangan yang mereka lakukan hingga bungan sore menutuppun tiada wanita itu ketahui, kemudian langit yang berubah pekatpun tiada wanita itu hiraukan hingga dirinya tersadar bahwa waktu malam telah menjelang kala lampu samar penerang balkon itu oleh temannya dihidupkan.  

Pengakhiran sebuah perbincangan hanya mereka akhiri dengan salam perpisahan. Kembali kulihat wajah lesu tanpa gairah kehidupan, badan yang disenderkan pada kursi yang selalu berbunyi penuh beban. Sayangnya aku tak bergegas menyimpulkan, karena seketika wanita itu berbicara sendiri. Kukuping isi pembicaraannya, namun saat aku mengetahui ringkas cerita perbincangan wanita itu dengan seorang pria yang baru saja menelponnya sunggu tak ingin sebenarnya aku mendengarkan. Jujur saja ternyata sangat mengharukan. 

Aku dengar wanita itu berbicara sendiri dengan lirih " Meski hanya sebentar kita berucap mengenai ini itu, tentang dia yang aku suka dan tentang dia yang kamu punya. Betapa terlukanya aku saat harus menggunakan kata ganti dia yang sebenarnya adalah dirimu, seseorang yang selalu membuatku memiliki cinta tanpa kau tau bahwa yang selalu aku ceritakan DIA adalah KAMU". Begitulah ringkas cerita yang mampu telingaku rekam meski sebenarnya sangat menyakiti telinga. Bukan tentang suaranya, tapi perihal cintanya yang begitu luar biasa. Mampu terluka tatkala waktu masih belum mengizinkan akan cinta yang nantinya diketahuinya (sang pria). Selamat berjuang dengan cintamu yang sebenarnya menyakitimu wahai wanita, ingin sekali kusampaikan rasamu pada si pria itu hingga pria itu tersadar betapa beruntungnya dia memiliki cinta darimu.

Selamat membaca

Umy Amanah

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.