Tombak tatapan sepasang mata wanita yang duduk di sebelah sana sungguh menakutkan. Terlebih tatapannya yang ditujukan untuk mega yang menaunginya sore ini. Apa itu adalah sebuah protes akan gerimis atau guyuran hujan yang tiada
diturunkan sore ini? Entahlah akupun tiada mengetahui. Aku geluti
gelagatnya dengan berpura-pura sedang membaca buku pesona kata.
Sesaat lirikanku kembali mengarah pada wanita yang ternyata sedang
menunggu dering alat komunikasi yang dimilikinya. Wajahnya tertunduk
tiada kutau, kursi yang sesekali berbunyi karena kecemasan dari yang
menduduki, hingga angin mengiringi dengan bertiup kencang seperti
hembusan nafas yang wanita itu keluarkan.
Kriiiiiiinggggg,..... Tiba-tiba telepon wanita itu berbunyi. Segala
bentuk persiapanpun dilakukan wanita itu sekedar hanya untuk mengangkat
telepon yang sudah bergetar beberapa kali. Senyum manis terlihat dari
wajahnya, sungguh itu mempersulit diriku untuk menafsirkan siapa
sebenarnya yang menelfon wanita yang sedari tadi kupandangi penuh rasa
ingin tau.
Sejenak aku menunduk untuk kembali melanjutkan membaca buku bacaan yang
aku kesampingkan. Sayangnya tiba-tiba suara wanita itu terdengar sampai
ke tempatku. Buku yang aku pegang seolah bergetar tanpa ada gempa
sebelumnya. Mataku berkedip untuk bersiap memandang dalam waktu yang
lama, mulutku diam tak bersuara hingga telingaku kupasang awas-awas
untuk menguping pembicaraannya.
Ternyata wanita itu sedang berkomunikasi dengan seorang pria. Banyak
sekali perbincangan yang mereka lakukan hingga bungan sore menutuppun
tiada wanita itu ketahui, kemudian langit yang berubah pekatpun tiada
wanita itu hiraukan hingga dirinya tersadar bahwa waktu malam telah
menjelang kala lampu samar penerang balkon itu oleh temannya dihidupkan.
Pengakhiran sebuah perbincangan hanya mereka akhiri dengan salam
perpisahan. Kembali kulihat wajah lesu tanpa gairah kehidupan, badan
yang disenderkan pada kursi yang selalu berbunyi penuh beban. Sayangnya
aku tak bergegas menyimpulkan, karena seketika wanita itu berbicara
sendiri. Kukuping isi pembicaraannya, namun saat aku mengetahui ringkas
cerita perbincangan wanita itu dengan seorang pria yang baru saja
menelponnya sunggu tak ingin sebenarnya aku mendengarkan. Jujur saja
ternyata sangat mengharukan.
Aku dengar wanita itu berbicara sendiri dengan lirih " Meski hanya
sebentar kita berucap mengenai ini itu, tentang dia yang aku suka dan
tentang dia yang kamu punya. Betapa terlukanya aku saat harus
menggunakan kata ganti dia yang sebenarnya adalah dirimu, seseorang yang
selalu membuatku memiliki cinta tanpa kau tau bahwa yang selalu aku
ceritakan DIA adalah KAMU". Begitulah ringkas cerita yang mampu
telingaku rekam meski sebenarnya sangat menyakiti telinga. Bukan tentang
suaranya, tapi perihal cintanya yang begitu luar biasa. Mampu terluka
tatkala waktu masih belum mengizinkan akan cinta yang nantinya
diketahuinya (sang pria). Selamat berjuang dengan cintamu yang
sebenarnya menyakitimu wahai wanita, ingin sekali kusampaikan rasamu
pada si pria itu hingga pria itu tersadar betapa beruntungnya dia
memiliki cinta darimu.
Selamat membaca
Umy Amanah
0 komentar:
Post a Comment