Tak Sangka Kami Mengalaminya
|
Hasil Lukisan Minggu Itu |
Memang jika kita mengapresiasi dan menghargai sebuah karya seni tak ternilai harganya. Seperti kelompok 6 yang membuat sebuah kreasi seni lukis dengan bajet yang takan ternilai harganya. Hari Minggu ini tepat dua minggu pasca selesai mengerjakan lukisan ember bekas di rumah kost Trias Amalia Narzah. Kelompok yang terdiri dari saya sendiri Umy Amanah, Stefany Idelia, Satria Pramudya, Trias Amalia Narzah, Tiffany Sekar P, Tris Andini, Yunita Dwi L dan Rifqi Syarifuddin memiliki pengalaman takan pernah terlupakan.
Tepatnya Minggu siang itu 2 Juni 2013, saya bersama Trias, Sandi dan Satria bergurau kala sedang mengerjakan tugas Seni Budaya dengan mengecat ember bekas. Trias sedang mengerjakan tugas sejarah dengan laptop lolanya. Di suasana yang tenang dan biasa, berhentilah sebuah mobil merek tertentu berwarna hitam. Mata kami berlima sontak tertuju pada mobil tersebut.
Tahu tidak apa yang terjadi? Ya, si pria dengan body tinggi hitam keluar dari mobil hitam yang terparkir tepat didepan motor Satria dan Rifky temanku. Pria itu turun menghampiri kami dengan diikuti pria dengan kaos kuning yang berada di dekat mobil. Dengan kalimat tanya sopan pria tinggi hitam itu bertanya "Yang punya Mio Soul itu siapa? Sontak Satria temansaya menjawab jika itu miiknya. Kamipun berfikir jika motor Satria menghalangi tempat parkir sang mobil.
Nyatanya dengan dirangkulnya teman kami menuju motor yang diparkir, Satria diminta STNK dan kunci motor waktu itu. Kami berempat entah mengapa hanya bisa terdiam, duduk terpaku melihat hal itu. Dengan keadaan hati yang menyimpan berjuta tanya Apa? Siapa? Ngapai? Loh? Eh? serba salah. Teman kami tiba-tiba dimasukan dalam mobil hitam itu dengan pria tinggi hitam ini membawa motor Satria. Sadar seolah ketika pintu mobil hitam itu ditutup dengan bunyi BREG! temanku Tris Andini langsung berkata "Kejar Mobilnya!" dengan gemetar Trias menyuruh Rifky mencatat plat nomornya yaitu R #### EH. Inisiatif menelfon Bpknya Trias waktu itu karena kami ingat beliau Polisi yang bertugas di Polres Purbalingga dengan nada terburu-buru beliau memerintahkan kami lapor ke Polsek terdekat.
Dengan empat orang dengan dua sepeda motor melaju ke Polsek Bancar perempatan Brug Menceng yang sebelumnya kami berada di tempat kost dekat jembatan Pasar Badog Bancar Purbalingga. Namun sayangnya laporan kami tidak terlalu mendapat tanggapan agresif hingga kami meluncur ke rumah Satria Pramudya di Sinduraja Kaligondang bersama Aziz Wiryawan dan Yunan P yang kala itu bertemu di jalan.
Tiba di rumahnya, sontak disambut tangisan ibunya Satria waktu itu, rasa cemas, bingung dan semuanya ada dalam dada. Rem bus mencekik teliga kami dengan Satria si wajah polos turun dari bus tersebut. Alhamdulillah, hanya itu yang kami ucap sore itu. Satria pulang dengan bus umum tanpa sepeda motornya yang waktu itu dibawa oleh orang yang entah siapa dan darimana asal usulnya.
Wajah bingung setelah turun dari bus masih terlihat, Satria tak sadar akan semua yang telah terjadi padanya. Ketika ditanya dimana kunci motornya ? dia baru tersadar disakunya sudah tak ada. Dia mengtatakan dirinya diturunkan dari mobil hitam itu tepat di depan Bank BRI Bancar dekat bundaran Bancar Purbalingga. Setelah itu Satria hanya berfikiran untuk pulang dan tak berfikir tentang dimana motornya. Melihat Satria sudah sampai di rumah, ibu dan bapaknyapun sudah merasa bersyukur meski mtornya raib dibawa orang entah siapa.
Akhirnya, menjalankan situasi menjadi kondusif enam mangkuk mie ayam yang dibelikan oleh ibunya Satria kepada kamipun megakhiri kisah kami minggu itu. Kisah yang takan pernah terlupakan ketika apa yang kami hadapi ternyata tak seperti apa yang ada difikiran kami. Pesan kami untuk semuanya, selalu berlindunglah kepada Alloh SWT karena dimanapun anda berada disitulah setan dan kejahatan ada bersama kita.
Kisah nyata dariku semoga menjadi pelajaran berharga bagiku dan bagi semua pembaca agar lebih berhati-hati!
Umy Amanah